Gapuranisasi, Nuansa Kota Raja dan Wujud Kesadaran pada Sejarah

Avatar of PortalMadura.com
Gapuranisasi, Nuansa Kota Raja dan Wujud Kesadaran pada Sejarah
Gapura kembar di jalan masuk menuju Desa Makam Agung. (Foto: Agus Hidayat)

, (Part 3-Habis)

PortalMadura.Com, – Seakan kembali ke era kebesaran . Bangunan gapura kembar kini terlihat di sejumlah titik sekitar makam Ki Demung Plakaran. Tak sekedar mempercantik tampilan wilayah. Gapuranisasi desa adalah wujud penghormatan terhadap leluhur, sekaligus upaya mempertahankan mata rantai sejarah dan peradaban agar tidak terputus.

Tampilan baru makam Ki Demung Plakaran yang bernuansa Majapahit kian menegaskan Arosbaya Bangkalan, Madura, Jawa Timur sebagai kawasan cagar budaya. Sebuah instrumen positif untuk mendukung visi dan misi pembangunan kabupaten Bangkalan, khususnya di sektor pariwisata. Seperti diuraikan pada tulisan bagian pertama, jika ditarik silsilah ke atas, Ki Demung Plakaran adalah keturunan raja Majapahit Prabu Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi.

Gayung pun bersambut. Upaya sinkronisasi dilakukan pemerintah kecamatan Arosbaya. Tujuannya untuk mengingat sekaligus menyadarkan masyarakat Arosbaya tentang asal muasal daerahnya. Wujud sinkronisasi tersebut berupa gapuranisasi, atau pembangunan gapura di sejumlah jalan masuk desa.

Gapura adalah suatu struktur bangunan yang merupakan pintu masuk atau pintu gerbang suatu wilayah. Gapura juga berarti simbol atau ikon suatu wilayah, oleh karena gapura lebih sering menjadi komponen pertama yang dilihat. Fungsi gapura sebagai petunjuk batas wilayah, juga sebagai pintu keluar-masuk sebuah komplek bangunan tertentu.

Baca Juga : Pemugaran Makam Ki Demung Plakaran Kental Sentuhan Majapahit

Baca Juga : Keturunan Prabu Brawijaya V yang Gemar Berkelana dan Bertapa

“Langkah awal yang kami lakukan adalah sosialisasi kepada masyarakat, termasuk tokoh agama, agar mereka punya pemahaman yang sama tentang cagar budaya. Kami jelaskan pula kalau dulu di Arosbaya terbentuk peradaban berupa kerajaan. Sejumlah referensi yang menguatkan sosok Ki Demung Plakaran keturunan Majapahit juga kami sampaikan,” terang camat Arosbaya Anang Yulianto (43).

Setelah dilakukan pembahasan lewat mekanisme musyawarah desa, akhirnya tercapai kata sepakat. Gapuranisasi mulai dikerjakan. Agus Suprianto selaku konseptor serta pimpinan pelaksana teknis pemugaran makam Ki Demung Plakaran juga dipercaya menjadi pengawas gapuranisasi. Tak heran bila pria asal Trowulan (Mojokerto) ini setiap hari harus bolak balik dari makam Ki Demung Plakaran ke lokasi gapura untuk melihat progres pembangunan.

Akan halnya di makam Ki Demung Plakaran, bahan dasar berupa bata merah juga didatangkan dari Trowulan. Sedang untuk tenaga pengerjaan gapura melibatkan masyarakat desa masing-masing dibawah arahan dan kendali Agus. Pembangunan gapura dikerjakan secara bergantian di tiap titik lokasi.

Sembilan titik gapura … Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.