Kaak, Hidangan Klasik Penutup Ramadan di Tunisia

Avatar of PortalMadura.Com
Kaak, Hidangan Klasik Penutup Ramadan di Tunisia
Kaak, camilan khas Tunisia (dok. AA)

PortalMadura.Com, Tunisia – Kota Hammam al-Ghezaz di utara ibu kota Tunis tidak hanya dikenal karena pantai kelas dunia, tetapi juga karena tradisi kulinernya yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Sejak dahulu kala, penduduk setempat telah menandai liburan Idul Fitri dengan membuat dan memakan kaak, biskuit berbentuk roti yang diisi dengan kurma.

Perempuan Tunisia, bersama dengan anak-anak mereka, mulai mempersiapkan kaak selama bulan puasa Ramadan.

Khadija bin Hammuda (75) pada Anadolu Agency sambil membuat kaak di dapurnya, mengatakan rasa makanan penutup tradisional telah sedikit berubah sejak masa mudanya.

Dia bercerita ketika dia masih kecil, kaak dibuat dengan gandum. Tetapi setelah gandum menjadi jauh lebih mahal, tepung semolina mulai digunakan sebagai gantinya.

Menurut Khadija, menyiapkan kaak tradisional merupakan proses yang sulit.

Pertama-tama gandum dicuci, kemudian dikeringkan dan disortir. Kemudian air mawar ditambahkan ke gandum yang ditata selama dua hari setelah diperkaya dengan mentega buatan sendiri.

“Selanjutnya adonan biasanya diremas dengan tangan. Sekarang, mesin sudah digunakan untuk meremas adonan,” Khadija menjelaskan.

Bahan baku hidangan penutup ini, lanjut dia, dibuat dari kurma Tunisia yang terkenal di dunia, yang dihaluskan dengan minyak zaitun dan dicampur dengan wijen. Beberapa orang wanita bekerja membuat adonan, semenatara yang lain menyiapkan bahan kurmanya.

“Biskuit tersebut kemudian dihiasi dengan bentuk-bentuk dekoratif, seperti bunga, ikan atau Tangan Fatima [“Khamsa” dalam bahasa Arab],” imbuh Khadija.

Oven tradisional yang digunakan untuk memasak kaak, yang dikenal sebagai “Tabuna”, merupakan jejak peninggalan Fenisia, pendiri kota kuno Kartago di pantai Afrika Utara pada abad ke-9 sebelum masehi.

Potongan-potongan kaak kemudian ditempelkan ke sisi oven satu per satu, sebelum pintu oven ditutup.

Sepuluh hingga 15 menit kemudian, bagian atas oven dibuka untuk memungkinkan uap keluar. Tidak lama kemudian, asap putih muncul, atau dalam bahasa lokal sering disebut “anak kucing keluar”.

Setelah dibiarkan mendingin sebentar di tempat yang kering, kaak tersebut kemudian siap untuk dikonsumsi, menandakan akhir bulan puasa dan dimulainya Idulfitri.(AA)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.