Masa kepemimpinan Pangeran Pragalbo juga tidak tercatat secara tertulis dalam sejarah. Namun diperkirakan pada awal abad ke-15. Perluasan wilayah kekuasaan dibarengi penambahan perangkat atau orang-orang yang menduduki jabatan tertentu dalam sistem pemerintahan. Termasuk juga dibentuk pasukan jika sewaktu-waktu datang ancaman.
Islam telah menyebar ke tanah Jawa dan Madura saat Pangeran Pragalbo berkuasa. Namun beliau teguh pada keyakinannya sebagai pemeluk Budha. Hingga suatu hari sang putra, Ki Pratanu, bermimpi didatangi seseorang yang menganjurkannya untuk masuk Islam.
Mimpi itu diceritakan pada sang ayah. Pangeran Pragalbo kemudian memerintahkan Patih Empu Bageno datang ke Sunan Kudus dengan maksud mempelajari Islam.
Kepulangan Patih Empu Bageno disertai beralihnya keyakinan sebagai pemeluk Islam. Ki Pratanu sempat marah tatkala mendengar Patih Empu Bageno lebih dulu memeluk Islam. Namun setelah dijelaskan jika Sunan Kudus yang menjadikannya muallaf sebelum mempelari Islam, Ki Pratanu akhirnya bisa menerima dan menganut Islam. Tahun 1528 Ki Pratanu dinobatkan sebagai Pangeran Adipati (putra mahkota).
Jelang meninggal dunia, Pangeran Pragalbo akhirnya memeluk Islam. Dua kalimat syahadat yang dibacakan Ki Pratanu sebagai bacaan penuntun sebelum menghembuskan nafas terakhir dijawab Pangeran Pragalbo dengan anggukan kepala. Bahasa tubuh ini sebagai tanda Pangeran Pragalbo setuju menganut Islam. Seketika itu pula kedua matanya tertutup, tubuhnya terbujur kaku.
Peristiwa inilah yang menjadikan Pangeran Pragalbo mendapat sebutan Pangeran Islam Ongghu’. Artinya, Pangeran yang memeluk Islam dengan cara menganggukkan kepala saat dibacakan dua kalimat syahadat. Bacaan tersebut sekaligus penuntun jelang beliau wafat.
Raja Islam Pertama di Madura
Tiga tahun setelah menyandang status putra mahkota, Ki Pratanu akhirnya naik tahta menggantikan sang ayah. Penobatan dilakukan pada 24 Oktober 1531, dengan gelar Panembahan Lemah Duwur. Di era Ki Pratanu inilah sebutan Kerajaan Madura Barat bermula.
Penobatan tersebut sekaligus mencatatkan Ki Pratanu sebagai raja pertama Kerajaan Madura Barat. Beliau memerintah dari tahun 1531 hingga 1592. Ki Pratanu kemudian membangun keraton baru. Lokasinya diperkirakan berada di sekitar komplek Makam Agung, yang kemudian dinamakan Keraton Arosbaya.
Selama 61 tahun memimpin, Ki Pratanu dikenal memiliki pemikiran luas untuk membawa rakyatnya menuju kemajuan dan kemakmuran. Beliau juga tiada henti menyebarkan agama Islam ke seluruh rakyat Kerajaan Madura Barat. Bukti kongkritnya, beliau yang pertama kali membangun masjid di Arosbaya. Ki Pratanu kemudian disebut sebagai raja Islam pertama di Madura.
“Garis keturunan Ki Demung Plakaran selanjutnya (setelah Ki Pratanu), yang meneruskan kebesaran Kerajaan Madura Barat di empat lokasi keraton yang berbeda. Hingga akhirnya dibubarkan oleh Belanda pada 22 Agustus 1885 saat lokasi keraton berada di Bangkalan, atau disebut juga Kesultanan Bangkalan,” pungkas RP. Hamid.
Bersambung Ki Demung Plakaran, Sosok Dibalik Berdirinya Kerajaan Madura Barat (Part-2)