Untuk PJSS sendiri, anggota yang tergabung dan rutin berlatih sekitar 50 orang, dari usia anak hingga dewasa. Mereka berlatih rutin tiga kali seminggu di sekretariat Paguyuban Songgo Sukmo. Berkat hubungan baik yang terjalin dengan Kodim 0829 Bangkalan, PJSS dipersilakan memakai lapangan tembak milik markas kesatuan Angkatan Darat setingkat kabupaten/kota tersebut untuk berlatih jemparingan.
Tidak cukup dengan mengenalkan dan melatih. Paguyuban Jemparingan Songgo Sukmo telah dua kali menggelar lomba jemparingan berskala nasional. Pertama menggandeng pemerintah daerah yang digelar tahun 2017 di alun-alun Bangkalan, yang memperebutkan Piala Bupati dan Ketua DPRD Bangkalan. Kedua menggandeng pihak UTM, dan memperebutkan Piala Rektor UTM. Lomba di tahun 2018 ini digelar di lapangan sepak bola UTM.
Tahun ini PJSS tengah mempersiapkan ajang yang sama, di mana ajang kali ini memperebutkan Piala Dandim 0829 Bangkalan. Lomba akan digelar di alun-alun Bangkalan pada 22 Desember 2019.
Melepas Anak Panah Diartikan Tawakal
Berkebalikan dengan olahraga panahan profesional yang terbuat dari besi dan dimainkan berdiri. Pada jemparingan, si pemanah harus duduk tegak bersila sambil memiringkan badan. Sedang posisi kepala tetap dan menghadap ke sasaran berupa bandulan.
Posisi ini dimaksudkan agar si pemanah dapat leluasa memegang busur panah, memasang anak panah ke tali busur, menarik anak panah dengan kekuatan dua (dari tiga) jari sambil mengarahkannya pada bandulan. Jari telunjuk dan jari manis menarik anak panah, sedang jari manis hanya mengikuti. Saat menarik anak panah, posisi ibu jari harus tegak dan sebisa mungkin menempel di rahang.
“Di lapangan, pemanah harus bisa jeli menentukan kecepatan serta kemana arah angin bertiup. Kecermatan perhitungan angin turut menentukan kekuatan tarikan busur manakala hendak melepaskan anak panah. Faktor lain yang turut menentukan agar anak panah mengenai sasaran adalah ketenangan, fokus ke sasaran, serta kecermatan perhitungan,” ungkap Aang.
Posisi …