Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part-2)

Avatar of PortalMadura.com
Rumah sinyal berukuran kecil yang terbuat dari kayu. (Foto: Agus Hidayat)
Rumah sinyal berukuran kecil yang terbuat dari kayu. (Foto: Agus Hidayat)

7 Tahun Pindahkan Aset Bergerak, Karyawan Mutasi Ke Luar Madura

 

PortalMadura.Com,  – Aktifitas perkeretaapian di Madura resmi ditutup terhitung sejak 1987. Kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya yang jadi alasan. Bagaimana nasib aset yang tak lagi difungsikan, dan bagaimana pula nasib karyawan saat itu?

Sebelum dinyatakan tutup total, kondisi lesunya perkeretaapian di Madura terlihat di akhir 1970an. Penumpang mulai menggunakan sarana transportasi darat lain, baik umum maupun pribadi, yang dari segi waktu tempuh jelas-jelas lebih cepat dibanding kereta api. Gerbong penumpang, hewan, serta barang tak lagi terisi. Situasi kritis yang harus segera disikapi oleh PJKA.

Pengurangan perjalanan kereta api yang kemudian harus dilakukan. Salah satu alasannya untuk mengurangi beban biaya operasional. Akhirnya di tahun 1980 keluarlah keputusan penghentian operasional. Hanya perjalanan kereta api yang dihentikan, sementara aktifitas kantor tetap berjalan seperti biasa.

Tak terdengar lagi deru mesin lokomotif di sepanjang rel perlintasan. Tak terlihat lagi asap pekat yang tiada henti menyembul dari cerobong lokomotif. Juga tak terdengar lagi suara khas klakson lokomotif yang terkadang mengagetkan.

Rel perlintasan kereta api yang membentang sepanjang Kamal (Bangkalan) hingga Pamekasan seolah tak bertuan. Perjalanan kereta api yang melintasi persawahan, membelah bukit, maupun menyeberangi sungai bukan lagi pemandangan mengasyikkan yang bisa dinikmati setiap hari.

Baca Juga : Jalur Kamal-Kalianget Selesai 3 Tahun, Terkoneksi Dengan Kapal Fery

Di dalam depo, yang ibarat dapurnya perkeretaapian, tak terlihat lagi aktifitas perawatan, perbaikan, serta pengecekan lokomotif maupun gerbong. Semua stasiun besar maupun kecil yang berada di sepanjang rel perlintasan mendadak sepi. Para penumpang yang setiap hari memadati stasiun seketika beralih ke moda transportasi darat lainnya.

Pemandangan kosong serta tak bertuan juga terlihat di bangunan dinas, rumah dinas, serta bangunan lain yang umunya berdiri tak jauh dari stasiun di wilayah Sampang, Pamekasan, juga Sumenep. Status semua bangunan tak berpenghuni tersebut kemudian berganti nama menjadi aset negara, yang hingga kini tetap dipertahankan serta tidak diperjual belikan kepada perorangan maupun instansi.

Bagi mereka yang saat itu berstatus karyawan PJKA, semua cerita yang masih membekas di kepala rasanya hanya terwakili oleh satu kata, yaitu kenangan. Pilihan kata yang sama juga berlaku bagi mereka yang pernah merasakan bepergian dengan kereta api. Semuanya kini telah tercatat sebagai sejarah.

Keputusan penghentian total operasional kereta api di Madura tak hanya mengundang reaksi serta komentar dari pihak interen PJKA sendiri, tapi juga dari berbagai kalangan. Namun di sisi lain lembaga atau instansi berwenang yang mengeluarkan keputusan ini tentu punya alasan tersendiri, yang sebelum diputuskan telah melewati tahapan evaluasi matang dan menyeluruh.

Sarana transportasi kereta api … Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.