Menolak Disebut Sejarawan Meski Ibarat Buku Sejarah Berjalan

Avatar of PortalMadura.com
Menolak Disebut Sejarawan Meski Ibarat Buku Sejarah Berjalan
RP. Abdul Hamid Mustari memainkan gitar di acara halal bihalal YKB 2018. (Foto: Istimewa)

Sikap santunnya bisa berbalik, seolah menjadi penantang, manakala mendengar atau menyaksikan sendiri ada aset sejarah yang diusik. Ia tak menampik kalau sejumlah aset bangunan sejarah peninggalan Kesultanan telah dirobohkan, dimusnahkan, bahkan dialih fungsikan. Termasuk pula peninggalan lainnya yang tak terawat atau tak diketahui keberadaannya.

“Saya tidak akan menyalahkan pejabat atau siapa yang berwenang mengubah atau merenovasi bangunan sejarah. Boleh saja upaya itu dilakukan, karena memang kondisi bangunan telah dimakan usia. Namun sebaiknya dikoordinasikan dulu dengan pihak-pihak terkait mengenai tata cara renovasi. Upaya itu yang kurang dimaksimalkan,” tegas pria yang pernah menjabat lurah di wilayah Pangeranan, Bangkalan.

Oleh karena Kesultanan Bangkalan menjadi fondasi berdirinya kota Bangkalan, ia menganggap perlu upaya penyelamatan aset sejarah dan budaya kotanya. Fakta di lapangan menunjukkan, sejumlah aset sejarah yang telah direnovasi justru meninggalkan bentuk aslinya. Terlebih yang dirobohkan tanpa jelas peruntukannya di kemudian hari.

Berkat kerja kerasnya, tahun 2011 terbentuklah wadah pemersatu bagi mereka yang punya garis keturunan Kesultanan Bangkalan dengan nama Paguyuban Keluarga Kesultanan Bangkalan (PKKB). Enam tahun kemudian (2017) terbentuk wadah baru bernama Yayasan Kesultanan Bangkalan (YKB) yang berkekuatan hukum tetap. RP. Hamid mendapat kepercayaan memimpin YKB hingga kini.

Lewat lembaga resmi YKB inilah dirinya bisa bersuara lantang agar jangan ada lagi bukti sejarah yang dihilangkan, terlepas dari alasan dan motif apapun. YKB juga menjadi tempat bertanya sekaligus diskusi bagi siapa saja yang ingin mendapat pencerahan perihal atau sejarah Bangkalan. Tak terkecuali berlaku bagi kaum akademisi, penggiat sejarah, juga pejabat daerah.

Baca Juga : Rumah Pangeran Mangku Adinegoro, Jejak Sejarah Kesultanan Bangkalan yang Terlupakan

Baca Juga : Miniatur Kapal Ciptaan Cakraningrat Ship Model Yang Mendunia

Ia berkeyakinan suatu saat nanti kebangkitan sejarah dan budaya di Bangkalan akan terjadi. Ayah dari enam anak ini berharap dalam diri masyarakat Bangkalan tumbuh rasa turut menjaga dan menghargai sejarah, juga rasa menjunjung tinggi budaya serta adat istiadat warisan leluhur yang mengedepankan sopan santun.

Peran pemerintah daerah sebagai pelindung sekaligus pelestari aset sejarah yang ada di Bangkalan sangat ia diharapkan. Semua aset sejarah itu bisa berdampak positif bagi kemajuan Bangkalan, khususnya di sektor pariwisata, jika dikelola sesuai tata cara yang benar.

Bermusik Sejak di Bangku SRN

Menolak Disebut Sejarawan Meski Ibarat Buku Sejarah Berjalan
RP. Abdul Hamid Mustari memainkan gitar di acara halal bihalal YKB 2018. (Foto: Istimewa)

Entah karena titisan atau bukan, yang pasti bakat bermusik mengalir dalam diri RP. Hamid. Almarhum sang kakek, Raden Ario H. Ismail Suryokusumo, selain seorang ulama juga seniman hadrah.

Soal pilihan boleh berbeda. Ketertarikan RP. Hamid justru pada musik modern. Sejak kelas 6 sekolah rakyat negeri (SRN) ia mulai belajar memainkan alat musik gitar pada almarhum sang ayah, Raden Ario H. Mohamad Saleh Suryowinoto. Selebihnya, ia mengaku belajar secara otodidak. Selain gitar, RP. Hamid juga belajar meniup suling bambu dari almarhum guru SRN nya yang bernama Muammar.

Almarhum sang ayah … Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.