Menolak Disebut Sejarawan Meski Ibarat Buku Sejarah Berjalan

Avatar of PortalMadura.com
Menolak Disebut Sejarawan Meski Ibarat Buku Sejarah Berjalan
RP. Abdul Hamid Mustari memainkan gitar di acara halal bihalal YKB 2018. (Foto: Istimewa)

Beda versi pengungkapan di kalangan pecinta atau penggiat sejarah adalah wajar, oleh karena tergantung dari mana sumber sejarah didapat. Ada dua sumber yang bisa dijadikan dasar untuk mengurai sejarah.

Pertama sumber tertulis berupa buku, literatur, dokumen, dan sebagainya. Kedua adalah sumber tidak tertulis, atau yang sering disebut sejarah tutur. Sedang sumber pendukung bisa didapat dari bangunan, prasasti, dan lain-lain.

Menyikapi hal tersebut, RP. Hamid menganggap tak perlu diperdebatkan. Justru sebaiknya, harus dilestarikan. Hanya saja perlu diadakan forum diskusi atau sejenisnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Jika menyangkut sumber tidak tertulis, perlu dilakukan pembuktian nyata yang melibatkan sejarawan, budayawan, ahli cagar budaya, ataupun arkeolog.

Hal pelurusan sejarah juga menjadi perhatiannya. Dalam sejarah ada istilah sinengker, yang artinya ada bagian sejarah yang hanya boleh diceritakan pada orang-orang tertentu. Baginya, istilah itu tak berlaku. Hati kecilnya tak merelakan jika ada bagian sejarah yang tidak diungkap walau sekecil atau sependek apapun, terlebih lagi dihilangkan.

“Baik dan buruknya sejarah harus diungkap, karena memang itulah yang terjadi. Saya berani mengatakan demikian semata-mata agar generasi penerus bangsa ini mewarisi sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pemutarbalikan fakta sejarah justru bisa mendatangkan keresahan, ketidakpercayaan, bahkan kekacauan,” ungkap suami dari Raden Ayu Dewi Fatimah dengan nada sedikit berapi-api.

Bersuara lewat Corong YKB

Menolak Disebut Sejarawan Meski Ibarat Buku Sejarah Berjalan
RP. Abdul Hamid Mustari (tengah) bersama Zamawi Imron (kanan) dalam acara diskusi di kantor BPWS Surabaya. (Foto: Istimewa)

Kata “cinta” memang identik dengan upaya melindungi atau mempertahankan. Kecintaan RP. Hamid pada sejarah dan budaya ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan sampai kapanpun.

Baca Juga : Baca Juga : Penampakan Rumah Pangeran Sastronegoro, Megah dan Elok di Bangkalan

Baca Juga : Penguasa Kerajaan Madura Barat, Tongkos Warisan Panembahan Sedomukti yang Tetap Terjaga

Panggilan hati nuraninya lebih dari menjaga dan menjunjung tinggi adat istiadat serta budaya santun warisan leluhur. Peninggalan sejarah yang kasat mata, berupa bangunan atau benda sekecil apapun, yang berhubungan dengan Kesultanan tak luput menjadi perhatian seriusnya.

Sikap santunnya … Selengkapnya

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.