Ki Demung Plakaran, Sosok Dibalik Berdirinya Kerajaan Madura Barat (Part-2)
PortalMadura.Com, Bangkalan – Di antara rumah penduduk dan luasnya tegalan tersembunyi komplek makam yang jika diperhatikan telah mengalami pemugaran.
Dari ratusan makam yang terlihat, ada dua makam yang mencuri perhatian karena terlihat berbeda dengan makam lainnya. Jasad Ki Demung Plakaran bersemayam di salah satu makam yang terbuat dari batu andhesit tersebut.
Ki Demung Plakaran meninggal dunia dan dimakamkan di Desa Plakaran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Daerah dimana ia mengakhiri perjalanan spiritual hingga mendirikan Kerajaan Plakaran. Kerajaan kecil inilah yang kemudian jadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Madura Barat.
Makam Ki Demung Plakaran hanya berjarak sekitar 200 meter dari komplek Makam Agung, dan berada pada lintasan jalan yang sama. Di Makam Agung bersemayam jasad Pangeran Pragalbo (putra Ki Demung Plakaran), Ki Pratanu atau Panembahan Lemah Duwur (cucu Ki Demung Plakaran atau putra Pangeran Pragalbo), serta Pangeran Koro atau Pangeran Tengah (putra Ki Pratanu atau cicit Ki Demung Plakaran).
Sedang di komplek Makam Aer Mata yang berlokasi di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, bersemayam jasad keturunan berikutnya yang juga tercatat sebagai penguasa Kerajaan Madura Barat. Jarak makam Ki Demung Plakaran dengan Makam Aer Mata sekitar satu kilometer.
Berdasarkan status kekerabatan perihal jasad para leluhur yang bersemayam di ketiga komplek makam tersebut, urutan ziarah yang seharusnya dilakukan adalah terlebih dulu mengunjungi makam Ki Demung Plakaran, kemudian Makam Agung, dan terakhir Makam Aer Mata.
Perjalanan menuju makam Ki Demung Plakaran relatif mudah ditempuh. Akses jalan yang dilalui telah beraspal. Namun makam sosok pengelana dan pertapa ini seringkali dilewatkan begitu saja.
Kunjungan peziarah lebih tertuju ke Makam Aer Mata. Sedang peziarah yang mendatangi Makam Agung terbilang minim.
Faktor keterbatasan informasi atau cerita yang didapat tentang Ki Demung Plakaran bisa jadi salah satu alasan. Hingga kemudian gaung keberadaan makam leluhur tertua Kerajaan Madura Barat ini terdengar kurang akrab di telinga para peziarah, utamanya dari luar Madura.
Sebagai leluhur tertua, sosok Ki Demung Plakaran seolah dikalahkan oleh kebesaran nama Pangeran Pragalbo, Ki Pratanu, bahkan Ratu Syarifah Ambami Rato Ebuh yang tak lain istri sekaligus permaisuri Raden Prasena (raja keempat Kerajaan Madura Barat dengan gelar Pangeran Cakraningrat I).
Makam wanita cantik, anggun, nan menawan yang berada di komplek Makam Aer Mata ini tak pernah sepi dari peziarah. Rombongan wisata religi datang dengan bus, mini bus, atau mobil pribadi. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang setiap harinya.
Kendaraan roda empat atau lebih yang datang silih berganti kebanyakan membawa rombongan peziarah dari berbagai kota di Pulau Jawa. Bahkan ada yang datang dari Pulau Sumatera. Jelas menandakan kalau pesona serta sosok Ratu Syarifah Ambami Rato Ebuh terdengar hingga menembus batas wilayah kekuasaan Kerajaan Madura Barat saat itu.
Gapura Majapahit Sambut … Selengkapnya