Selain Nabi Musa, Ini Kisah 6 Orang yang Bertemu Nabi Khidir

Avatar of PortalMadura.com
Selain Nabi Musa, Ini Kisah 6 Orang yang Bertemu Nabi Khidir
Ilustrasi

PortalMadura.Com – Sejarah tentang asal usul banyak versinya. Ada yang menyebutkan Nabi Khidir putra Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang iganya. Ada juga yang mengatakan dia cucu Nabi Harun AS. Namun yang diyakini, Nabi Khidir (لخضر, Khadr, Khadr) merupakan salah satu Nabi yang masih hidup hingga saat ini. Meskipun, keberadaannya selalu misterius.

Bahkan menurut jumhur ulama Nabi Khidir masih hidup dan tidak akan meninggal hingga kiamat tiba, namun bukan berarti Nabi Khidir kekal lantaran dia tetap meninggal dunia sehingga tidak bersambung dalam masa kehidupan dunia dan akhirat.

Sebagaimana dilansir PortalMadura.Com, Rabu (4/12/2019) dari laman okezone.com yang dikutip dari buku Ma'ariful Auliya (82 Kisah Hikmah dari 60 Kekasih Allah) karya Muhammad Khalid Tabits. Berikut bukti beberapa orang selain Nabi Musa yang mengaku bertemu dengan Nabi Khidir:

Ali Zainul Abidin

Nabi Khidir a.s selalu datang kepada Ali Zainul Abidin, cucu Nabi Muhammad SAW. Abu Hamzah al-Tsamali meriwayatkannya, sebagaimana dilansir oleh Abu Nuaim dalam kitab Hilyat al-Auliya. Dalam riwayat tersebut Abu Hamzah bercerita:

Ali Zainul Abidin sempat bertemu Nabi Khidir, ketika dia sedang bersedih. Ali merasa takut karena hidup di dunia dan entah apa yang terjadi ketika sudah di akhirat nantinya.

Ali pun tiba-tida didatangi oleh seorang pria tampan berpakaian rapi dan indah. Lalu pria itu bertanya pada Ali, mengapa dia bersedih? “Wahai Ali ibn al-Hasan, mengapa kau terlihat sedih dan tertekan? Apakah karena dunia? Ia adalah rezeki yang ada. Dimakan oleh orang baik dan orang jahat'”

Aku Menjawab, “Bukan karena dunia aku bersedih, karena dunia seperti yang kau takutkan,”

“Apakah karena akhirat? Ia adalah jani yang pasti. Urusan di dalamnya ditetapkan oleh Raja Yang Maha Kuasa?” tanya nya lagi.

“Bukan karena itu aku bersedih, karena akhirat seperti yang engkau sampaikan,” jawabku. Saat itu Ali takut sekali akan fitnah yang berasal dari Ibnu al-Zubair. Kemudian pria itu menegaskan akan kuasa Allah yang selalu melindungi dan mengabulkan setiap permintaan hambaNya.

Tiba-tiba pria itu pergi dan menghilang. Lalu ada yang memberi tahu Ali, bahwa pria yang menyambanginya tadi yaitu Nabi Khidir.

Muhriz ibn Khalaf

Muhriz ibn Khalaf merupakan seorang sastrawan. Syekh Muhriz ibn Khalaf bertemu dengan Nabi Khidir, sebagaimana diriwayatkan oleh banyak orang, salah satunya oleh Abu al-Thahir al-Farisi dengan sanad dari al-Dasturi al-Qathan al-Abid. Al-Qathan menceritakan:

Ketika Al-Qathan sedang mencari sejumlah buku di Tunis, kemudian ia datang ke masjid. Di sana ia bertemu dengan saudara sastrawan, yaitu Muhriz ibn Khalaf. Dia pun menanyakan keberadaan seorang sastrawan tersebut. Lalu ada yang mengatakan bahwa dia (sastrawan) ada di sebuah masjid, dan sedang berbicara bersama seorang pria tidak dikenal.

Al-Qathan pun segera menyalakan lampu, lalu menghampiri Syekh Muhriz untuk mencari tahu siapa sebenarnya pria yang sedang bersamanya itu. Anehnya ketika dia mendekati masjid, tiba-tiba lampu padam. Lalu menyalakan lagi hingga tiga kali.

Saudara sang sastrawan pun mengatakan pada Al-Qathan, jika pria tadi yang bersama Muhriz sudah keluar. Qathan pun bertanya pada Muhriz, dan bila tidak memberitahunya maka dia akan menyebarkannya. Muhriz pun akhirnya mengatakan, “itu adalah Abu al-Abbas al-Khadir.”

Baca Juga: Kemenag Pamekasan Persoalkan Wacana Sertifikasi Pra Nikah

Syekh Ibrahim al-Khawash

Sebagaimana telah diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi sepulang dari sebuah perjalanannya, Syekh Ibrahim al-Khawash pernah ditanya, “apa yang engkau alami selama perjalanan?”. Kemudian dia (Syekh Ibrahim al-Khawash) menjawab, bahwasannya dia sempat terjatuh karena kehausan.

Lalu tiba-tiba datang seorang pria tampan berbaju bagus, menunggangi kuda dan memberikannya air. Hingga akhirnya Syekh Ibrahim al-Khawash tidak mearasa kehausan lagi. Setelahnya, pria itu menawarinya naik ke atas kuda. Tanpa disadari, dia sudah ada di sebuah di dataran tinggi.

Pria itu bertanya,”apa yang kau lihat?” dia menjawab “Kota Madinah” Pria itu meminta Syekh Ibrahim al-Khawash untuk turun dan berkata “Turunlah dan sampaikan salam dariku untuk Rasulullah SAW. Ucapkan olehmu, saudaramu Khadir menyampaikan salam kepadamu,”

Imam Ahmad ibn Hanbal

Imam Ahmad ibn Hanbal juga salah seorang yang pernah ditemui oleh Nabi Khidir. Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ya'la dalam Thabaqat al-Hanabilah dari Abu al Thayyib dari Abu al-Qasim al Baghawi. Dalam kisah Abu Al-Qasim al Baghawi menuturkan bahwa Imam Ahmad Habal bercerita kepada dirinya.

Suatu hari Abu Al-Qasim al Baghawi sedang mengantar seseorang yang akan berhaji hingga ke wilayah al-Qadisiyyah. Dari situlah dia memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Namun sayang, dia mempertimbangkan karena keadaannya. Saat itu dia hanya memiliki bekal lima dirham saja.

Lalu ada seorang pria menghampirinya dan berkata “Wahai Abu Abdullah, nama besar dan niat yang lemah telah menghalangimu untuk berhaji,” Lalu Abu Al-Qasim menjawab, “Iya, demikian adanya.”

“Apakah kau ingin menemaniku?” kata pria itu. Lalu Abu Al-Qasim menjawab, “Mau,”. Kemudian dia ikut bersama pria itu, menjauh dari rombongan. Ketika waktu istirahat tiba, yaitu antara isya dan sahur mereka pun singgah di suatu tempat. Pria ini menawarinya sebuah makanan, tentunya Abu Al-Qasim tidak menolak.

Pria itu memintanya untuk bangun, dan diperlihatkan makanan lezat seperti roti, sayuran dan daging yang siap disantap. Sedangkan pria itu tidak ikut makan. Setelah beberapa lama singgah di tempat lainnya, tiba-tiba pria itu menghilang.

Abu al-Thayyib bertanya kepada Abu Al-Qasim al Baghawi, “Apakah engkau mengetahui pria tersebut?” al Baghawi menjawab. “Aku mengira ia adalah Khidir A.s,”

Bisyr al-Hafi

Ketika Bisyr memasuki rumahnya, tiba-tiba di dalam ada seorang pria bertubuh tinggi sedang salat. Setelah dia melihatnya, lalu orang itu memberi salam dan langsung berkata “Aku adalah Khidir,” Kemudian Bisyr pun berkata, “Ajarilah sesuatu yang bermanfaat untukku,”

Pria itu menjawab, “Ucapkanlah: Aku memohon ampun kepada Allah dari setiap perjanjian yang aku langgar dan dari setiap nikmat yang aku pergunakan untuk bermaksiat kepada-Nya,”. Kemudian ada kejadian lainnya, dia meminta Nabi Khidir mendoakannya, “Semoga Allah menutupi ketaatan itu untukmu,” kata Khidir.

Syekh Zakariya al-Anshari

Syekh Zakariya al-Anshéri bercerita: Pada suatu waktu, saudaraku Syekh ‘Ali aI-Nabtaini berkumpul dengan Nabi Khidir. Syekh ‘Ali al-Nabtaini itu bertanya kepadanya. “Apa yang kau katakan tentang Syekh Yahyé aLManaM?”

Nabi Khidhir menjawab, “Tidak ada masalah.”
Syekh ‘Ali al-Nabtaini itu bertanya lagi, “Bagaimana dengan iman?”
“Tidak ada masalah'
“Bagaimana dengan Syekh Zakariya?”
“Tidak ada masalah. Hanya saja ia berjiwa kecil.”

Syekh Zakariya melanjutkan, “Ketika Syekh ‘Ali al-Nabta'mi mengirim utusan dan menyampaikan kabar itu kepadaku, hatiku seakan sempit. Aku tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Nabi Khidir dengan ‘jiwa kecil'.

Aku kemudian mengirim utusan untuk meminta penjelasan soal ungkapan itu. Setelah ditanyakan, Nabi Khidhir menjawab, ‘jika mengutus seseorang untuk utusan sesuatu, ia (Syekh Zakariya) selalu mengatakan, ‘Syekh Zakariya berkata kepadamu.' Artinya, ia menyebut dirinya sendiri sebagai syaikh”

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.