Tim Ahli Cagar Budaya Sumenep Akan Datangi Asta di Bukit Desa Sergang

Avatar of PortalMadura.com
Tim Ahli Cagar Budaya Sumenep Akan Datangi Asta di Bukit Desa Sergang
Tadjul Arifin R (ist)

PortalMadura.Com, Sumenep – Keberadaan asta di bukit Desa Sergang, Kecamatan , Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang diyakini makam waliyullah (Wali Allah) mendapat perhatian serius dari Tim Ahli Cagar Budaya Sumenep.

“Satu dua hari kedepan, kami akan turun ke lokasi,” kata Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Sumenep, Tadjul Arifin R, pada PortalMadura.Com, Senin (6/9/2021).

Pihaknya akan mengecek langsung batu nisan pada makam yang berumur ratusan tahun tersebut. Tadjul Arifin menduga keberadaan asta tersebut pada abat ke 18 atau 19 masehi. Dugaan awal itu, berdasarkan gambar pada video PortalMaduraTV.

https://youtu.be/gbdGqrj4YEk

“Kalau bentuk dan motif pusara makam (kijing), itu abad ke 19 masehi, tapi kalau lihat ukuran sepertinya abad 18 masehi. Saya bisa menentukan bila melihat langsung tekstur batu kumbungnya,” ujarnya.

Pendekatan Tim Ahli Cagar Budaya Sumenep, kata dia, akan melakukan kajian secara ilmiah. “Kami akan melangkah pada ilmu arkeologi. Dan keberadaan asta tersebut tidak bisa ditentukan dengan mimpi karena akan jadi mitos. Jadi harus ilmiah,” tegasnya.

Sepanjang pengetahuan Tadjul Arifin, bahwa keraton (kerajaan) hanya ada di Batuputih dengan penguasa Arya Wiraraja yang disebut pangeran Batuputih.

“Kalau Sergang adalah desa baru, lebih tua Desa Larangan Barma [Kecamatan Batuputih],” terangnya.

Disinggung soal nama-nama pada kompleks asta yang mirip dengan pemakaman keturunan raja, Tadjul Arifin menyebutkan bahwa nama tersebut di luar kebangsawanan Sumenep.

Sebelumnya, Bukit Dusun Lebbak, Desa Sergang, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, mulai ramai dikunjungi warga.

Desa Sergang sendiri berpenduduk 2.022 (BPS 2020) dan letaknya pada ketinggian 250 meter dari permukaan laut (DPL).

Mereka melakukan ziarah ke asta yang diyakini sebagai makam (kuburan) para waliyullah (Wali Allah). Batu nisannya terbuat dari batu kumbung berukuran besar.

Penataan batu nisan sangat rapi dan terdapat ukiran. Umumnya, bentuk kepala dan motif ukiran pada batu nisan dipakai para bangsawan (keturunan raja) dan penyebar agama Islam.

Ada tiga lokasi asta di bukit Desa Sergang tersebut yang hanya dibatasi dengan tembok batu kumbung tersusun rapi. Struktur batunya mirip dengan batu nisan.

Jumlah asta atau makam cukup banyak (puluhan). Hanya di dalam tembok pembatas paling timur terdapat tiga batu nisan yang disebut-sebut oleh warga adalah yang tertua.

Saat PortalMaduraTV (grup PortalMadura.Com) berkunjung, Jumat (3/9/2021) siang, terdapat nama-nama yang ditancapkan di sejumlah batu nisan tersebut.

Dari yang bergelar Raden, Tumenggung, Resi, Syekh hingga Empu. Nama-nama tersebut baru dibuat oleh warga setelah mendapatkan dari seorang habib asal Banyuwangi, Jawa Timur.

Nama-nama itu, di antaranya Syekh Muhammad Ilyas, R. Arya Cakra Langit (cucu Raden Fatah), RA. Selendang Kencono Langit, Putri Tungga Dewi, Sultan Maulana, Tumenggung Suropati, Resi Bangah, Putri Lestari, Mahesa dan Empu Djoko Samudera (K. Bramana).

Kepala Desa Sergang, Moh. Duki menjelaskan, pada batu nisan maupun tembok pembatas tidak ada tanda berupa angka atau huruf yang menunjukkan identitas atau tahun.

“Nama-nama itu dari seorang habib (hasil meditasi, red),” katanya pada PortalMaduraTV.

Baca Juga : Di Atas Bukit Sergang, Ada Asta Bergelar Raden, Tumenggung, Resi hingga Empu

Baca Juga: Ada Gua Dekat Asta Waliyullah Desa Sergang Batuputih Sumenep

Kepala Desa Sergang, Moh. Duki menjelaskan, keberadaan asta bukan baru ditemukan.

Pemilik lahan dan warga sekitar, kata dia, sudah tahu secara turun temurun. Hanya saja belum terurus dengan baik.

“Dan kondisi batu nisan dan lainnya tetap tidak ada perubahan sedikit pun sejak dulu,” katanya.

Warga setempat menyebut ‘Asta' dan tidak ada penyebutan nama lain (nama orang). Lokasinya dekat dengan simpang tiga Desa Sergang (Asta Partelon/ Asta simpang tiga).(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon
Penulis: HartonoEditor: Putri Kuzaifah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.