Konsep kedua adalah tari imajinasi, yang inspirasinya datang dari kehidupan kemasyarakatan, religi, adat istiadat, serta budaya rakyat Madura. Bentuk kongkrit dari konsep ini adalah tari kreasi baru serta tari kontemporer. Sedang konsep ketiga adalah tari pesanan, yang biasanya ditampilkan untuk lomba maupun acara tertentu. Jenis tari dalam konsep ini termasuk juga fragmen tari dan sendratari.
Ketiga konsep tersebut bukan jadi pekerjaan rumah Sudarsono semata. Regenerasi harus berjalan. Mereka yang diberi kepercayaan menjadi pelatih tak serta merta hanya melatih, tetapi juga dituntut bisa menciptakan tari baru lewat tahapan penciptaan sesuai kemampuan masing-masing.
“Beberapa dari mereka telah menciptakan tari baru, yang sekaligus jadi koleksi karya Sanggar Tarara. Inilah bukti jika regenerasi di sanggar ini telah berjalan,” tegasnya.
Satu lagi yang membuat Sudarsono bangga. Binaan Sanggar Tarara yang kini dipercaya menjadi pelatih telah banyak yang berekspansi menjalankan kepercayaan dan tugas yang sama di TK, SMP, serta SMA. Beberapa diantaranya bahkan diangkat menjadi guru ekstrakulikuler tari di sekolah yang bersangkutan.(Bersambung Part-3).