Sungguh perjuangan yang harus dibayar mahal demi misi menggelorakan kecintaan tari pada anak-anak serta remaja Bangkalan. Saat membeberkan cerita berpindah-pindah tempat latihan, Sudarsono sempat terdiam. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca. Ia pun melanjutkan cerita dengan suara perlahan sambIl sesekali mengusap air mata. Rupanya ia terbawa suasana yang penuh keterbatasan saat itu.
“Sejak tahun 2017 barulah Sanggar Tarara memakai Stadion Kerapan Sapi RP. Mochamad Noer sebagai tempat latihan. Halaman stadion, yang juga dijadikan lahan parkir jika ada lomba kerapan sapi, saya anggap representatif sebagai tempat menggembleng calon penari,” tutur Sudarsono.
Secara administratif Stadion Kerapan Sapi RP. Mochamad Noer di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bangkalan. Perkenalannya dengan Kepala Bidang Kebudayaan, Hendra Gemma Dominant, yang memuluskan keinginan tersebut.
Surat permohonan yang dikirim ke Disbudpar, selanjutnya diteruskan ke Bupati Bangkalan, mendapat jawaban menggembirakan. Singkat kalimat, Sanggar Tarara diperbolehkan memakai halaman stadion kerapan sapi untuk aktifitas latihan. Salah satu ruangan stadion juga dipakai untuk menyimpan alat musik tradisisional, sekaligus jadi tempat penggarapan musik.
Meski tanpa alas kaki di halaman stadion yang ber-paving, anak didik Sanggar Tarara berlatih tanpa mengenal takut akan cedera. Akibat yang bisa datang karena gesekan telapak kaki dengan paving seolah tak mereka hiraukan. Keseriusan berlatih serta menikmati indahnya setiap gerakan tari justru mengalahkan rasa sakit yang bisa datang tiba-tiba.
Berlakukan Uji …