(ANALISIS) Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia Akibat Corona Bisa Hantam ASEAN

Avatar of PortalMadura.com
(ANALISIS) Ancaman Resesi Ekonomi Indonesia Akibat Corona Bisa Hantam ASEAN
Ilustrasi (NET)

Ancaman Kian Nyata

Tauhid mengatakan ancaman terjadinya resesi di Indonesia bukan sekedar isapan jempol belaka, karena kalaupun akan ada perbaikan ekonomi di kuartal ketiga nanti, masih relatif terbatas dan berjalan lambat.

“Yang kita khawatirkan adalah adanya proyeksi OECD yang memperkirakan ada gelombang kedua yang bisa memperparah risiko ekonomi Indonesia,” lanjut Tauhid.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memperkirakan pada 2020 ekonomi Indonesia terkontraksi 3,9 persen apabila terhantam gelombang kedua Covid-19. Sementara tanpa gelombang kedua Covid-19, ekonomi Indonesia terkontraksi 2,8 persen.

“Kalau kasus penularan masih tinggi dan pembatasan sosial di banyak daerah masih berlaku, tentu akan memengaruhi ekonomi nasional sehingga menciptakan potensi resesi,” jelas dia.

Tauhid bahkan memperkirakan pertumbuhan pada kuartal ketiga nanti masih di bawah 0 persen karena beberapa daerah masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti Jawa Timur yang memiliki porsi cukup besar terhadap perekonomian nasional sekitar 14 persen.

Relaksasi PSBB di Jakarta juga belum membuat aktivitas produksi dan ekonomi berjalan normal, sehingga masih perlu waktu lebih lama untuk pemulihan ekonomi.

Dia mengatakan pemerintah harus bisa fokus menekan angka penularan Covid-19 karena apabila kasus masih tinggi, maka sulit berarap Indonesia bisa terhindar dari resesi.

“Potensi resesi diperbesar dengan belum efektifnya stimulus fiskal yang diberikan pemerintah, dengan penyerapan rata-rata masih di bawah 10 persen,” kata dia.

Oleh karena itu, apabila dana stimulus yang disediakan pemerintah belum optimal, maka ekonomi tidak bisa diharapkan akan pulih cepat.

“Kalaupun ada perbaikan ekonomi di kartal ketiga, itu hanya karena relaksasi PSBB, bukan karena dampak stimulus yang diperkirakan baru mulai bisa berjalan di kuartal keempat nanti,” urai Tauhid.

Tauhid mengatakan efek positif stimulus baru akan terlihat pada 2021 mendatang, sehingga ekonomi pada tahun ini masih akan sangat berat.

Dia bahkan mengatakan target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan yang sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen masih terlalu optimistis karena menggunakan asumsi pertumbuhan terlemah terjadi hanya di kuartal kedua, sementara proses pemulihan yang jauh lebih lama harus bisa diantisipasi pemerintah.

Sementara itu, Josua juga mengatakan percepatan penyerapan anggaran untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi, serta anggaran belanja reguler menjadi poin penting agar pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga dan keempat bisa membaik.

“Hingga saat ini tingkat penyerapan anggaran untuk kesehatan, bantuan sosial, dan pemulihan ekonomi sebagaimana sudah disampaikan Menteri Keuangan masih lambat,” kata Josua.

Apabila penyerapan anggaran bisa dipercepat, maka ada harapan ekonomi di kuartal ketiga bisa mulai tumbuh positif.

Percepatan Pemulihan…

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.