“Meski saya yang menjalani ajang ini, namun Sanggar Tarara yang membuat saya bisa menari. Dari sanggar pula pengetahuan dan wawasan saya soal dunia tari mulai terbuka. Berdosa sekali rasanya bila saya tak turut mempersembahkan gelar ini pada Sanggar Tarara, khususnya Mas So (Sudarsono),” ungkap Reni.
Sebagai pribadi, Reni dikenal mudah bergaul, cekatan, juga tegas. Namun gaya bicaranya terkadang blak-blakan, mengungkapkan sesuatu apa adaanya. Saat melatih tari, ia berusaha menyampaikan materi lewat pendekatan kesabaran, ketelatenan, hingga pada situasi tententu yang mengharuskannya bersikap tegas.
Dinaungi Faktor Keberuntungan
Predikat Duta Penari Jawa Timur 2010 menjadi prestasi paling membanggakan bagi Reni. Prestasi yang sekaligus jadi pembuktian pada kedua orang tua, khususnya sang ayah. Sebelum terpilih mewakili Bangkalan, sang ayah sempat memintanya untuk berhenti dari Sanggar Tarara.
“Ayah menginginkan saya menimba ilmu di pondok pesantren ketimbang beraktifitas tari. Tak satupun kata yang saya ucapkan setelah mendengar keinginan beliau. Saya memilih diam dan segera pamit saat hendak berangkat latihan tari. Saya merasa semangat dan gairah yang ada pada diri saya mengarah ke tari,” cetus Reni yang sempat vakum beraktifitas di sanggar selama lima tahun.
Namun betapa …