Beragam cerita menyertai langkah kaki Abdul Rahman menggeluti profesi alih rawat keris. Namun di balik itu, terselip upaya luhur yang patut diapresiasi, yaitu pelestarian benda warisan budaya Indonesia.
PortalMadura.Com, Bangkalan – Kata “keris” identik dengan benda yang dianggap antik, kuno, bernilai estetis, bertuah, serta menyimpan cerita. Perlakuan terhadap keris sampai-sampai ada yang mengibaratkan sebagai istri kedua. Memperlakukan keris agar terlihat kembali baru rupanya bisa mendatangkan pemasukan secara finansial.
Keris adalah salah satu jenis pusaka asli Indonesia yang telah dikenal dunia. Keris tercipta di era kerajaan sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lewat tangan-tangan terampil yang disebut Empu. Sampai saat ini keris masih dianggap benda pusaka yang terus dicari serta mendapat perlakuan istimewa di tangan pemiliknya.
Seiring berakhirnya era kerajaan, berganti pula perlakuan terhadap keris. Muncul profesi yang berkaitan dengan dunia perkerisan. Sisi komersial kemudian menjadi hal yang terlihat di depan mata. Namun di balik sisi tersebut, ada upaya pelestarian berkelanjutan yang selayaknya patut didukung. Upaya yang makin mengokohkan posisi keris sebagai warisan budaya Indonesia.
Profesi yang dimaksud adalah jual-beli keris, termasuk benda pusaka lainnya. Ada sebutan untuk pelaku dan status keris terjual, yang telah menjadi kesepakatan tidak tertulis. Sebutan untuk pembeli adalah pemahar atau pengalih rawat, sedang untuk status keris terjual disebut termahar.
Keberadaan …