Di ujung bilah terdapat paksi, berupa besi kecil yang dimasukkan pada gagang. Paksi ada yang langsung menyatu dengan bilah, ada pula yang sambungan. Di antara bilah dan gagang biasanya terdapat asesoris dari bahan kuningan atau perak dengan tambahan hiasan permata kecil.
Kedua adalah gagang, yaitu pegangan keris yang terbuat dari kayu, tanduk, tulang, hingga gading. Fungsinya sebagai pegangan untuk mengeluarkan dan memasukkan kembali keris pada sarung. Sedang ketiga adalah sarung, atau disebut juga warangka. Adalah tempat atau pelindung bilah yang terbuat dari kayu.
Menurut Rahman, jika harus mengganti gagang dan sarung keris, ia akan memesan pada orang yang ahli membuat kedua komponen tersebut. Bahan umumnya terbuat dari kayu mangar atau disebut juga kayu timoho. Di Sumenep biasanya terbuat dari kayu kemuning.
Apabila kerusakan kedua komponen tersebut tergolong ringan, Rahman akan mengerjakan sendiri proses restorasi. Untuk warangka dan gagang biasanya ditambal dengan serbuk kayu atau serbuk kopi. Sedang untuk bilah harus direndam air kelapa terlebih dahulu, kemudian dibersihkan dengan buah mengkudu serta jeruk nipis. Sebelum dimasukkan ke sarung, bilah harus dicuci dengan air lalu dijemur di ruang terbuka sekitar setengah jam.
Setelah semua bagian direstorasi, dan hasilnya memuaskan, Rahman langsung melepasnya ke pasaran. Caranya serupa dengan saat dirinya mendapatkan keris. Dalam postingan, biasanya ia memasang dua gambar keris dalam satu frame beserta dua kata sebagai pembanding. Kata “before” tertulis di gambar keris kondisi awal, dan kata “after” tertera di gambar keris setelah direstorasi.
Kalau …
**) Ikuti berita terbaru PortalMadura.com di WhatsApp, Telegram Google News klik Link Ini dan jangan lupa Follow