Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part 4-Habis)

Avatar of PortalMadura.com
Meniti Jejak dan Peninggalan Kereta Api Madura (Part 4-Habis)
Rasidi (kanan) berfoto di ruang lokomotif kereta api Argo Bromo bersama Kepala DAOP 8 di tahun 1990an (Foto: Istimewa)

Saat Anjlok Penumpang Langsung Berganti Sarana Transportasi

PortalMadura.Com, Bangkalan – Saat tak satupun aset bisa berkata-kata, cerita perkeretaapian di Madura masih bisa didengar dari Mochamad Syuhab (68) dan Rasidi (66). Sebagai mantan masinis kereta api lintas Madura, keduanya dengan senang hati berbagi cerita dan pengalaman selama berada di belakang kemudi lokomotif kepada PortalMadura.Com.

Sejarah kereta api di Madura kini hanya menyisakan aset. Walau masih bisa dilihat, namun semua aset milik PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) yang tersebar dari Kamal (Bangkalan) hingga Kalianget (Sumenep) tak mampu berkata-kata. Bagi yang sama sekali awam perihal sejarah kereta api di Madura hanya bisa berimajinasi saat melihat langsung kondisi aset yang ada.

Penggalan cerita mungkin masih bisa didengar dari mereka (penumpang) yang pernah melakukan perjalanan dengan kereta api saat itu. Namun tentu saja dalam balutan cerita versi masing-masing yang terkadang berbeda. Walau demikian, tiap penggalan cerita adalah pelengkap satu sama lain. Tergantung seberapa kuat memori tersebut terekam dalam ingatan.

Bagi Syuhab dan Rasidi, hanya kebanggaan yang kini bisa dirasakan setelah pensiun dari profesi masinis, selain nominal jasa pengabdian (uang pensiun). Kebanggaan karena bisa jadi bagian sejarah perkeretaapian di Madura, kebanggaan karena tak setiap orang bisa berada di balik kemudi lokomotif, serta kebanggaan melihat kemajuan yang dicapai PT. KAI.

“Sebagai orang Madura saya bangga berprofesi masinis. Apalagi menjalankan kereta api lintas Madura. Saat kereta api di Madura tak beroperasi lagi dan saya harus pindah tugas ke Surabaya, banyak yang tak percaya kalau saya masinis. Mungkin dalam fikiran mereka tak ada orang Madura yang memilih profesi masinis,” ungkap Rasid (panggilan keseharian Rasidi).

Kedua mantan masinis ini menjalani pengabdian di Madura pada era 1970an, saat bernama Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Bedanya, Syuhab berada dibalik kemudi lokomotif hanya setahun (1979-1980), sedangkan Rasid lebih dulu serta lima tahun lebih lama (1974-1980). Awal profesi masinis yang dijalani keduanya hanya berbeda setahun. Syuhab memulai tahun 1973, sedang Rasid di tahun 1974.

Sebelum pindah … Selengkapnya

**) Ikuti berita terbaru PortalMadura.com di WhatsApp, Telegram Google News klik Link Ini dan jangan lupa Follow

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.