41 Juta Warga Indonesia Hidup di Daerah Rawan Longsor

Avatar of PortalMadura.Com
41 Juta Warga Indonesia Hidup di Daerah Rawan Longsor
Ilustrasi

PortalMadura.Com, – Lebih dari 41 juta warga atau 17,2 persen dari seluruh penduduk tinggal di daerah rawan bencana longsor, ujar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat (23/2/2018).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hampir semua wilayah di Indonesia rawan bencana longsor.

Menurut Sutopo, wilayah dengan kerawanan sedang hingga tinggi masuk dalam dalam 274 kabupaten/kota dan membentang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatra, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

“Semua terpapar dari longsor pada saat musim penghujan,” ujar Sutopo.

Menurut Sutopo, dari 41 juta warga tersebut terdapat 4,28 juta jiwa balita, 323.000 jiwa warga dengan disabilitas, dan 3,2 juta jiwa lansia.

Mereka, ungkap Sutopo, mempunyai kemampuan sangat minim untuk menghindar dan memproteksi dirinya dari bahaya.

Mereka juga tinggal di di daerah dengan infrastruktur terbatas sehingga saat terjadi longsor evakuasi terkendala medan.

Selain itu, kata Sutopo lagi, sebagian besar dari mereka berasal dari golongan ekonomi lemah yang tidak bisa membangun fasilitas pengaman seperti talud atau pondasi bangunan yang lebih kokoh.

“Jadi kerawanannya menjadi sangat tinggi,” ujar dia.

Menurut Sutopo, longsor merupakan bencana yang khas. Meskipun tanda-tanda seperti tanah retak sudah terlihat, namun tidak bisa dipastikan waktu terjadinya longsor.

Pada beberapa tempat, fenomena ini sudah berlangsung lama. Karena itu, masyarakat yang awalnya bersedia mengungsi, lama-lama mereka kembali ke rumah dan bekerja.

“Tidak mudah menyuruh masyarakat untuk mengungsi dalam kurun waktu yang lama,” ujar Sutopo.

Sutopo mengingatkan, Februari ini adalah puncak musim hujan yang sering menjadi pemicu longsor. Hujan dengan intensitas sedang-hingga tinggi akan terjadi di Pulau Jawa, Sulawesi, sebagian Kalimantan dan Papua.

“Tapi di Papua penduduknya sedikit. Jadi risikonya lebih rendah dibanding lainnya,” ujar dia.(AA)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.