PortalMadura.Com, Sumenep – Hujan pada dasarnya berupa air bening. Namun, fenomena ‘Hujan Darah' atau air berwarna merah mirip bercampur darah sedang hangat diperbincangkan warga Dusun Jurgang, Desa Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Daerah itu, sempat dilanda ‘Hujan Darah', Minggu (11/12/2016) siang. Awalnya, warga tak merasa jika air hujan berwarna merah. Tapi, ketika melihat air hujan yang ditampung di dalam ember dari cucuran atap rumah mereka, baru terlihat merah.
Salah satunya, di rumah Pak Wai, Dusun Jurgang, Desa Juruan Laok, Batuputih, Sumenep. Ada empat rumah yang sempat menampung air hujan berwarna merah tersebut.
Saat itu, hujan disertai angin kencang hampir seharian melanda daerah tersebut. Namun, tak ada petir seperti hari-hari sebelumnya. Aktivitas warga lebih banyak di dalam rumah. Sore harinya, di empat rumah tersebut baru merasa jika air hujan yang ditampung berwarna merah. Sayangnya, tidak ada yang mengabadikan fenomena aneh tersebut.
Rabu (14/12/2016), fenomena tersebut menjadi perbincangan hangat di daerah tersebut.
Mesteri ‘Hujan Darah'
Datangnya ‘Hujan Darah' sampai kini masih menyisakan pertanyaan oleh para ilmuwan. Sejarah mencatat, terjadinya hujan darah sudah dikenal sejak jaman Perang Troya pada abad 8 Sebelum Masehi.
Di Wilayah kekuasaan Eropa Kuno sendiri, tahun 685 M hujan darah sering terjadi di Inggris. Sedangkan di Paris pada tahun 582 Masehi. Di era tersebut hujan darah memiliki arti sebagai pertanda buruk.
Tak kalah mengerikannya, hujan darah di Jerman yang terjadi beberapa kali selama kurun waktu setahun (1348-1349), bahkan dianggap sebagai suatu kutukan.
Dan Hujan darah ternyata juga pernah terjadi dua kali pada era modern di Kerala India tahun 2001 dan 2010.
Di Indonesia juga pernah heboh dengan hujan darah. Masyarakat Dusun Pasi Tuan Ilang, Desa Sawang I, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Selatan, Minggu (10/5/2012) dini hari, sekira pukul 05.30 WIB dikejutkan dengan hujan darah.(Hartono/atjehcyber.net)