Penjelasan dalam buku ini selalu melibatkan beberapa bahasa Madura yang menjadikan pendukung bahasa penulisannya. Hal ini dapat dilihat ketika penjelasan Carok selalu berawal dari konflik yang melibatkan unsur pelecehan harga diri, maka dalam kultur Madura berkaitan dengan konsep malo, yaitu ketika seseorang dianggap tidak diakui atau diturunkan kapasitas dirinya sehingga dia merasa tada' ajina (tidak ada harganya).
Persoalan menjadi semakin rumit karena eskalasi perasaan malo akan meluas ke tingkat keluarga, atau bahkan komunitas masyarakat. Makanya, tidak aneh bila dalam beberapa kasus ditemukan bahwa sebelum terjadi carok, ada sidang keluarga yang mengatur skenario carok, mulai dari cara membunuh hingga persiapan pasca-Reaksi akan semakin kuat bila pelecehan harga diri itu berkait dengan kasus perselingkuhan.