“The Real Guilty Pleasures”: Mengapresiasi Film Eksploitasi Indonesia

Avatar of hartono
"The Real Guilty Pleasures": Mengapresiasi Film Eksploitasi Indonesia
Dokumentasi webinar “Ngabuburit Bareng: Bedah Buku The Real Guilty Pleasures (Sumber : BINUS Media & Publishing)

.Com – BINUS Publishing menyelenggarakan webinar “Ngabuburit Bareng: Bedah Buku The Real Guilty Pleasures” bersama penulis buku, Ekky Imanjaya, Ph.D, yang juga merupakan Dosen Film di BINUS, dan Gorivana Ageza S.S., M.Hum., M.Fil., aktivis Bahasinema dan Dosen Film di UNPAR, dengan moderasi dari Shadia Imanuella Pradsmadji, S.Sn., M.Si., Dosen Film BINUS. Acara ini diadakan pada 22 Maret 2024 melalui Zoom Meeting.

Ekky Imanjaya, tetap fakultas film di Universitas Bina Nusantara, kampus Alam Sutera, telah menyelesaikan doktor di bidang Kajian Film di University of East Anglia, Inggris, pada tahun 2018. Seorang kritikus film yang menyoroti sinema Indonesia dan isu-isu terkait keislaman serta budaya pop, beliau aktif dalam berbagai festival film seperti Madani International Film Festival dan Jakarta Film Week, dan pernah menjabat sebagai Ketua Komite Film di Dewan Kesenian Jakarta. Karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai media dan jurnal akademis.

Gorivana Ageza, dikenal sebagai aktivis Bahasinema dan Dosen Film di Universitas Katolik Parahyangan, memulai perjalanannya di dunia film saat masih kuliah dengan bergabung dalam Sinesofia, kelompok diskusi film di universitasnya. Beliau ikut mendirikan Bahasinema di Bandung dan menjadi programmer di Jogja-NETPAC Asian Film Festival serta juri di Festival Film Indonesia.

"The Real Guilty Pleasures": Mengapresiasi Film Eksploitasi Indonesia
Penjelasan konsep cultural educational film (Sumber : BINUS Media & Publishing)

Buku “The Real Guilty Pleasures” mengupas tentang pergerakan budaya film eksploitasi dari Indonesia ke mancanegara dari akhir 1970-an hingga awal 2010-an, mencakup dinamika yang terjadi antara berbagai agen seperti negara, elit budaya, produsen lokal, hingga penonton global. Pak Ekky dalam bukunya berargumen bahwa film-film kelas B yang sering dipandang sebelah mata seharusnya diakui sebagai bagian penting dari warisan perfilman Indonesia, mengingat popularitas dan konsumsi film-film tersebut oleh menunjukkan adanya estetika dan kebutuhan komunal tertentu yang terpenuhi melalui film-film tersebut.

"The Real Guilty Pleasures": Mengapresiasi Film Eksploitasi Indonesia
Penjelasan kesenjangan lokal, , dan global (Sumber : BINUS Media & Publishing)

Buku The Real Guilty Pleasures ini memperkenalkan kita terhadap film-film eksploitasi yang dianggap ‘tidak berkualitas', film-film eksploitasi ini tidak diketahui dan tidak diakui oleh sejarah perfilman Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Ibu Echa dalam presentasinya “ada beberapa problem dalam buku ini yang Saya anggap menarik yaitu sejarah perfilman berfokus pada sisi yang dianggap ideal. Akibatnya beberapa film eksploitasi di kepinggirkan, diabaikan, bahkan diam-diam disingkirkan karena dianggap tidak penting, tidak layak, dianggap berkualitas, dan merusak moral”. Buku The Real Guilty Pleasures, juga menganalisa secara menyeluruh dinamika politik, ekonomi, sosial, dan transformasi budaya dari film-film ‘berkualitas' itu secara internasional membentuk dan memberi dampak terhadap suasana budaya film nasional dan global, termasuk secara kritis membenturkannya dengan konsep sinema kultus (cult cinema) yang sangat Barat-sentris.

Banyak peserta yang antusias bertanya mengenai film eksploitasi di Indonesia, Sejarah perfilman pada masa orde baru, pandangan terhadap film B, dsb. Peserta yang mendaftar dari BINUSIAN dan umum sebanyak 466, dan yang hadir dalam acara ini sebanyak 230.

Dari pemaparan seluruh narasumber maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada film-film yang dianggap tidak berkualitas oleh sendiri namun justru dia menarik perhatian orang-orang yang ada di luar sana dan akhirnya diedarkan puluhan tahun setelahnya pengedaran aslinya. Kemudian mengenai estetika melawan etika, apakah yang estetik itu harus selalu etis? dan apakah yang etis itu tidak bisa estetik? hal tersebut akan selalu menjadi perdebatan yang menarik dan bisa dilihat dari banyak konteks. Sikap membina dan memberdayakan yang spesifik disoroti dalam buku The Real Guilty Pleasures adalah mengajak seluruh masyarakat untuk memberdayakan Film-Film eksploitasi yang dianggap ‘tidak berkualitas' agar bisa masuk dan diakui dalam sejarah perfilman Indonesia.

"The Real Guilty Pleasures": Mengapresiasi Film Eksploitasi Indonesia
Dokumentasi webinar “Ngabuburit Bareng: Bedah Buku The Real Guilty Pleasures (Sumber : BINUS Media & Publishing)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.