Pecinta Layangan Bersatu, Jaga Tradisi dan Perkuat Silaturrahmi

Avatar of PortalMadura.Com

PortalMadura.Com, – Ratusan pecinta di wilayah timur daya bersatu menjaga tradisi dan memperkuat silaturrahmi tahunan pada musim kemarau.

Hal ini terlihat dalam acara pertemuan mencari teman di lapangan percaton Desa Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Senin sore (6/11/2023).

Mereka datang dari berbagai desa di wilayah Kecamatan Batuputih, seperti Desa Tengedan, Batuputih Kenek, Batuputih Daya, Juruan Daya dan sekitarnya.

Sedangkan dari Kecamatan Batang-Batang, ada yang dari Desa Kolpo, Batang-Batang Laok dan desa terdekat lainnya. “Dalam seminggu, kami bertemu tiga kali di beda tempat,” kata Asmawi, selaku tuan rumah Grup Ronggolawi, Desa Juruan Laok, Batuputih.

Ia menjelaskan, setiap layang-layang diberi nama oleh pemiliknya dan mereka memiliki grup sendiri. Setiap grup itu membawahi banyak pecinta layang-layang, ada yang berbasis dusun ada yang berbasis desa.

Keunikan layangan dan persatuan yang mereka jaga bersama tergambar saat tiba di lapangan yang ditentukan menjadi lokasi untuk menaikkan masing-masing layangan. Saat baru tiba, layangan berbagai ukuran itu dipajang bersama.

Pihak panitia memanggil satu persatu nama pemilik dan nama layangan untuk dinaikkan secara bergiliran dan terlihat tertib sejak pukul 15.00 WIB. Layangan ditargetkan bisa naik semua bila angin bersahabat dan baru diturunkan bersama pada pukul 17.00 WIB.

itu, tidak hanya dari golongan pemuda, orang dewasa pun terlihat kompak menaikkan layangan dan saling menghargai antar sesama pemilik layangan.

Tidak ada kalah menang dalam persatuan pecinta layangan wilayah timur daya ini. Mereka hanya mencari teman, menjalin silaturrahmi dan memperkuat persatuan antar pecinta layangan.

“Ini juga bukan arisan, tapi kami mencari teman dan melakukan silaturrahmi sesama pecinta layangan sebagai bentuk melestarikan budaya,” tegas Asmawi.

Salah seorang pecinta layangan, Mahi, warga Desa Juruan Laok menjelaskan, harga layangan bukan ditentukan pada besar kecilnya atau bahan dari layangan, melainkan pada tingkat kesulitan dalam membuat layangan.

“Harganya bervariasi antara Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta,” terangnya.

Mayoritas layangan yang mereka bawa untuk melakukan pertemuan tiga kali dalam seminggu sudah berkelas. Artinya, bukan layangan yang masih uji coba. “Semuanya sudah bagus-bagus, stabil di udara dan kelihatan unik (lebur),” katanya.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.