Pangeran Batuputih, Sosok Yatim dan Pesareannya di Paberasan Sumenep

Avatar of PortalMadura.com
Pangeran Batuputih, Sosok Yatim dan Pesareannya di Paberasan Sumenep
Pesarean (makam) Pangeran Batuputih di Paberasan, Kecamatan Kota kabupaten Sumenep (@portalmadura.com)

PortalMadura.Com, – Belum banyak tahu siapa generasi penerus pada pucuk pimpinan , Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, pasca Arya Wiraraja atau Banyak Wide yang konon keratonnya di bukit Buras.

Bekas keraton tersebut, hingga kini masih dikeramatkan oleh keluarga besar Banyak Wide dari Bali. Hampir setiap tahun mendatangi bukit Buras yang hanya ada bongkahan batu hitam berlubang di ladang warga.

Masyarakat setempat menyebutnya “Tambiyu” (batu berlubang) dan berdekatan dengan sebuah pohon “Nomi” (getah dari buah pohon Nomi, beracun). Bagi warga setempat, lokasi ini tidak dikeramatkan.

Wilayah tersebut masuk Desa Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep. Dan Arya Wiraja sendiri dilantik sebagai Adipati pertama Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269, yang sekaligus ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Sumenep.

Dengan keterbatasan literatur, tulisan ini tidak akan mengurai semua pemimpin yang berkuasa di masa lalu, khususnya di wilayah Kecamatan Batuputih (Keraton Batuputih). Penulis tertarik dengan Pangeran Batuputih, yakni salah satu generasi penerus pemimpin di Batuputih yang sekaligus menyebarkan agama Islam.

Pangeran Batuputih (Topote)

Keberadaan Pangeran Batuputih yang kerap disebut nyaris hilang dari pengetahuan kaula muda. Tak banyak yang menceritakan siapa sosok Pangeran Batuputih. Bahkan, pesareannya (makam) juga tidak banyak yang mengetahui.

Penulis menemukan dari berbagai literatur, bahwa Batuputih sempat dipimpin seorang pangeran yakni Pangeran Batuputih yang memiliki julukan Pangeran Sela Pethak alias .

Penyebutan Pangeran Batuputih, karena keratonnya ada di wilayah Batuputih. Sayangnya, tidak disebutkan secara detail dimana lokasi keratonnya.

Raden Ilyas adalah sosok yatim yang ditinggal ayahnya sejak berusia baru belajar merangkak. Ibunya, adalah putri Sunan Paddusan, Sumenep. Sang Sunan Paddusan merupakan cucu menantu Joko Tole, Raja Sumenep di abad 15.

Sunan Paddusan merupakan cucu Raja Pandita (Sayyid Ali Murtadla, saudara tua Sunan Ampel), Imam Wali Sanga.

Sedangkan ayah dari Raden Ilyas (Pangeran Topote) dikenal dengan sebutan Siding Langgar atau Pangeran Adipati Pamadekan, Sampang. Ia merupakan saudara Panembahan Ronggosukowati, Pamekasan (1530-1616).

Siding Langgar sendiri adalah anak dari Pangeran Nugraha, penguasa Keraton Jambringan di Pamekasan, Madura. Pangeran Nugraha merupakan keturunan Ario Lembu Peteng, dan sekaligus Ario Damar.

Kedua tokoh tersebut (Ario Lembu Peteng, dan Ario Damar) dalam catatan genealogi sebagai anak-anak Raja Majapahit, Brawijaya.

Siding Langgar menjadi penguasa di Sampang, berkedudukan yang saat ini terdapat Masjid Madekan, Sampang.

Ia dikenal sosok muda yang alim dan ahli ibadah. Kesehariannya banyak berdzikir di sebuah langgar miliknya.

Siding Langgar menikah dengan putri Sunan Paddusan di Sumenep, Madura. Saat memiliki anak baru belajar merangkak, Siding Langgar wafat ketika dalam posisi sujud salat.

Putra satu-satunya, Raden Ilyas menjadi yatim. Sosok Raden Ilyas inilah yang sempat berkuasa di wilayah Batuputih, Sumenep. Dan dikenal dengan Pangeran Batuputih (Topote).

Pesarean Pangeran Topote

Makam atau pesarean Pangeran Topote (Raden Ilyas) yang menyandang julukan Pangeran Sela Pethak berada di Paberasan, Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep, Madura.

Bila ingin berziarah, bisa melewati Jalan Kecamatan Gapura, Sumenep. Tepatnya, pada batas timur Pasar Ajengrara (Jengara) Paberasan, Sumenep terdapat jalan desa beraspal sempit ke selatan.

Ikuti jalan tersebut dan lurus ke selatan. Tersaji hamparan sawah pada sisi kanan dan tumbuhan berbagai jenis di sisi kiri. Rumah warga berjauhan dan penerangan pada malam hari, sangat kurang.

Lokasinya ada di Tempat Pemakaman Umum (TPU). Namun, pesarean Pangeran Topote berada di dalam bangunan utama dan hanya satu batu nisan di dalamnya, yakni Pangeran Topote.

Tidak ada tanda khusus, baik di pintu masuk jalan raya maupun di pesarean. Hanya ada tulisan pada pintu bagunan utama “Pesarean Pangeran Batopote” yang berhadapan dengan bangunan mirip sebuah pendopo.

Cuplikan tulisan ini semoga bisa mewakili sebagian warga muslim yang sedang mencari pesarean Pangeran Topote. Semoga ada pihak lain yang menyajikan tulisan lebih sempurna dan lebih detail.(berbagai sumber).

 

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.