Mahfud MD Enggan Jawab Soal Greenflation, Said: Ujung-Ujungnya Mau Menaikkan Pajak

Avatar of PortalMadura.Com
Mahfud MD Enggan Jawab Soal Greenflation, Said: Ujung-Ujungnya Mau Menaikkan Pajak
MH Said Abdullah

PortalMadura.Com, – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi PDI Perjuangan (PDI-P), angkat bicara atas yang enggan menjawab pertanyaan Gibran soal greenflation pada debat Cawapres kedua, Minggu malam (21/1/2024).

Menurut pria yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, dua kali debat cawapres pada pemilu 2024 ujung-ujungnya akan menaikkan pajak. Kondisi saat ini, penerimaan pajak sudah betul-betul top up, maka tidak mungkin dipompa kembali dengan membangun ‘kebun binatang baru'.

“Itulah yang akan dihindari oleh Pak Mahfud, karena kalau dijawab ujungnya akan meningkatkan pajak. Itu kan ide yang melontarkan greenflation, bukan dari kami,” tegas MH Said Abdullah di Sumenep, Senin (22/1/2024).

Said sapaan akrap MH Said Abdullah mengatakan, dalam waktu dekat tidak mungkin penerimaan pajak dinaikkan. “Hemat saya, masih butuh waktu lima sampai 10 tahun lagi,” katanya.

Selain itu, pria kelahiran Sumenep ini menyoroti soal keadaban politik. Dirinya menginginkan keadaban politi tetap terbangun dengan baik di bumi nusantara ini. “Saya ingin keadaban politik tetap terbangun baik,” ujarnya.

Merespon soal program greenflation, Said dengan tegas menyatakan bahwa sudah menjadi tekat bersama dalam meningkatkan lingkungan menjadi ramah lingkungan, maka perlu dilakukan transisi energi.

“Transisi energi itu bisa saja jagung jadi etanol. Kemudian biodiesel yang selama ini sudah berlangsung, maka sudah 30 persen dari minyak sawit menjadi campuran biodiesel,” terangnya.

Yang perlu diperhatikan, kata dia, dari satu sisi memang transisi energi sudah terlaksana dan terbangun, tetapi jangan lupa akhir dari semua itu pasti akan ada peningkatan pajak.

Melansir cnbcindonesia.com, greenflation sendiri merupakan istilah yang menggambarkan naiknya harga barang-barang ramah lingkungan akibat tingginya permintaan terhadap bahan bakunya, namun pasokannya tak mencukupi, sehingga terjadi inflasi imbas dari transisi energi itu.

Mengadaptasi metode produksi dengan teknologi rendah karbon, yang mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca, di satu sisi memerlukan investasi besar dan mahal yang akan meningkatkan biaya marjinal setiap unit yang diproduksi dalam jangka pendek.

Dan di sisi lain, penggunaan energi dari bahan yang lebih langka dan karena itu lebih mahal. Hal ini akan menciptakan tekanan ke atas pada harga.(*)

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.